MAKALAH
Tentang
ZAKAT EMAS DAN
PERAK
Oleh:
ELAWATI
Nim: 1313060280
Dosen Pembimbing
H. Ahmad Wira
M.Ag, M.Si, Phd
Sobri ,SH.i, MA
Fauza Rahmad SH.i,
MA
FAKULTAS SYARI’AH
JURUSAN EKONOMI ISLAM KOSENTRASI AKUNTANSI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
IMAM BONJOL PADANG
TAHUN 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat, taufik, dan
hidayahnya sehingga saya dapat menyusun makalah yang berjudul “Zakat Emas dan
Perak” ini. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurahkan kepada junjungan
baginda Nabi Muhamad SAW yang telah membawa kita kejalan yang lurus seperti
yang kita rasakan sekarang ini.
Makalah
ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi Tugas Partisipasi Mahasiswa dalam
presentasi makalah, dan dimana diharapkan bisa mengambil pelajaran dan manfaat
dari makalah serta bisa mengembangkan
kompetensi dalam pengetahuan dan pembelajaran tentang Zakat Emas dan Perak.
Padang, 24 September
2015
ELAWATI
Nim: 1313060280
\
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Harta yang dikeluarkan untuk zakat
itu di sebut zakat karena zakat itu mensucikan diri dari kotoran kikir dan
dosa, dan menyuburkan harta atau membanyakan pahala yang akan diperoleh mereka
yang mengeluarkannya. Syarat wajib orang mengeluarkan zakat atau orang yang
wajib mengeluarkan zakat, demikian juga syarat wajib zakat harta, Maka sebab
wajib mengeluarkannya, ialah: cukup nisab.
Harta yang wajib dizakati dari
harta-harta lahir, ialah: binatang,tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan. Dari
harta-harta yang tersembunyi, ialah: emas dan perak dan barang perniagaan
adalah termasuk jenis Zakat Mal (Harta). Adapun harta yang tiada dikeluarkan
zakatnya, tidak mendapat perlindungan Allah. Harta-harta itu, akan lenyap
dengan segera dari permukaan bumi. Allah akan membinasakannya dengan bencana
yang beraneka ragam macamnya.
Harta itu, tiada akan terpakai untuk pekerjaan yang
memberikan keuntungan bagi pemiliknya di akhirat.
Pengertian inilah yang harus kita
gunakan dari firman Allah Subhanahu Wata’ala:
õè{ ô`ÏB
öNÏlÎ;ºuqøBr& Zps%y|¹
öNèdãÎdgsÜè? NÍkÏj.tè?ur $pkÍ5 Èe@|¹ur öNÎgøn=tæ
( ¨bÎ)
y7s?4qn=|¹
Ö`s3y
öNçl°;
3 ª!$#ur
ììÏJy íOÎ=tæ ÇÊÉÌÈ
Artinya:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkandan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa
kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi
Maha mengetahui”.(Q.S. At Taubah 103).
Dalam Makalah ini
saya akan membahas Hal Zakat Harta (Mal) yaitu Zakat Emas Dan Perak karena
dapat kita lihat bahwa harta berdasarkan ketetapan nash, Zakat tidak wajib
dalam kepemilikan Emas dan Perak Kecuali jika emas dan perak tersebut yang
telah dimiliki seseorang telah atau sudah mencapai 20 mitsqal dalam timbangan
Mekkah dan dinamakan dengan nishab, dan telah mencapai satu tahun (haul) merupakan
syarat wajib mengeluarkan zakat.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.
Dalil Wajib Zakat Terhadap
Emas Dan Perak
2.
Syarat Bagi Pemilik Emas
Dan Perak Yang Wajib Dizakati
3.
Nishab Emas Dan Kadar
Zakatnya
4.
Nishab Perak Dan Kadar
Zakatnya
5.
Menggabungkan Emas Dan
Perak
1.3 TUJUAN
Dengan pembahasan zakat harta emas dan perak ini kita dapat
mengetahui dan memahami bahwa wajib menerapakan pada diri bahwa pentingnya
zakat emas dan perak terhadap harta yang kita miliki.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dalil Wajib Zakat Terhadap
Emas Dan Perak
Terhadap emas
dan perak diwajibkan zakat, mengingat firman Allah Swt. dan sabda Rasul Saw.
Yang tersebut di bawah ini:
Firman Allah Swt:
… úïÏ%©!$#ur crãÉ\õ3t |=yd©%!$# spÒÏÿø9$#ur wur $pktXqà)ÏÿZã Îû È@Î6y «!$# Nèd÷Åe³t7sù A>#xyèÎ/ 5OÏ9r& ÇÌÍÈ
Artinya:
“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak
dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka,
(bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih”. (QS.At Taubah 34)
Ayat
di atas ini menyatakan bahwa mengeluarkan zakat emas dan perak wajib hukumnya.
Syara telah menegaskan bahwa emas dan perak yang wajib dizakati, ialah: emas
dan perak yang sampai nisabnya dan telah cukup setahun dimiliki dengan penuh
nishabnya, terkecuali jika emas dan perak yang baru didapati dari galian, maka
tidak disyaratnya cukup tahun.[1]
Ketetapan ini di perkuat dengan Hadits
Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya dan Baihaqi dalam As-sunan
Al-Kubra pada bab zakat, dari Ali dari Nabi; beliau bersabda:
”jika
kau memiliki 200 dirham dan telah mencapai satu tahun, maka keluarkan lima
dirham sebagai zakatnya. Dan kau tidak berkewajiban (zakat) apa-apa dalam
kepemilikan emas hingga kau memiliki 20 dinar. Jika sudah kau miliki 20 dinar
dan telah mencapai satu tahun, maka keluarkan setengah dinar sebagai zakatnya.”[2]
2.2 Syarat Bagi Pemilik Emas Dan Perak Yang Wajib Dizakati
Syarat bagi pemilik emas dan perak yang wajib
dizakati:
1.
Islam
2.
Merdeka
3.
Milik Sempurna
4.
Sampai Satu Nisab
5.
Sampai Satu Tahun
Disimpan
Sabda
Rasulullah Saw:
Dari Ali
k.w. ia berkata bahwa rasulullah Saw. Telaah berkata,
“sesungguhnya
saya telah memaafkan kamu dari sedekah kuda dan sahaya, maka bayarlah zakat
perak, tiap-tiap empat puluh dirham satu dirham, 190 dirham belum wajib
zakatnya, dan apabila sampai 200 dirham zakatnya lima dirham.”(Riwayat Ahmad,
Abu Dawud, dan Tarmizii)[3]
2.3 Nishab Emas Dan Kadar Zakatnya
Emas tidak wajib dizakati, kecuali jika
telah mencapai 20 dinar. Jika emas telah mencapai 20 dinar dan haul, wajib dikeluarkan
zakatnya sebesar 2,5% atau setengah dinar. Lebih dari dua puluh dinar juga
wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%.
Ali r.a
meriwayatkan bahwa nabi bersabda,
لَيْسَ
عَلَيْكَ شَيْ ءٌُ حَتىَّ يَكُوُ نَ لَكَ عِشْرُ وْ نَ دِيْنَارًا فَأِ ذَاكَانَ لَكَ
عِشْرُوْنَ دِيْناَرًا وَحَا لَ عَلَيهَا الحْئَوْ لُ فَفِيهَا نِصْفُ دِيْناَرٍ فَمَا
زَادَ فَبِحِسَا بِ ذَلِكَ ‘وَليَْسَ فِئ مَالٍ زَكَاةٌُ حَتَّى يَحُوْلَ عَلَيْهِ
الْحَوْلْ.
Artinya:
“Kamu tidak wajib membayar
zakat emas, kecuali ketika kamu memiliki dua puluh dinar. Jika kamu telah
memiliki dua puluh dinar dan sudah mencapai satu tahun, kamu wajib mengeluarkan
setengah dinar. Selebihnya juga dihitung seperti itu. Sesuatu harta tidak wajib
dizakati, kecuali telah mencapai haul.
Zuraiq, pemimpin
Bani Fazarah meriwayatkan bahwa ketika Umar Bin Abdil Aziz memeberikan mandat
kepadanya untuk menarik zakat, umar berkta padanya, “aambilah zakat harta dari
harta para saudagar muslim. Kamu ambil satu dinar dari setiap empat puluh dinar. Jika kurang
dari empat pluh dinar, kamu ambil dengan perhitungan seperti itu sampai dua
puluh dinar (setiap dua puluh dinar zakatnya setengah dinar). Jika kurang sepertiga
dinar dari dua puluh dinar, tinggalkanlah dan jangan kamu ambil zakatnya. Untuk
orang yang telah kamu ambil zakat darinya, tulislah surat keterangan bahwa ia
bebas dari zakat hartanya itu samapai satu tahun berikutnya.
Malik
mengatakan di dalam al-Muwaththa’,
“sunnah
yang tidak dipertentangkan lagi bagi kami adalah zakat wajib untuk setiap dua puluh
dinar, sebagaimana wajib untuk dua ratus dirham.” Dua puluh dinar sama
dengan 28 dirham mesir.
2.4 Nishab Perak Dan Kadar Zakatnya
Perak tidak wajib di zakati,
kecuali telah mencapai 200 dirham. Jika telah mencapai dua ratus dirham, wajib
dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%. Selebihnya juga dihitung dengan persentase
seperti itu, baik sedikit maupun banyak.
Tirmidzi berkata, “aku bertanya
kepada khari tentang hadits dan ia mengatakan hwa hadits ini shahih.” Kemudian
tirmidzi berkata, “menurut para ulama, perak yang kurang dari lima ‘uqiyah tidak
wajib dikeluarkan zakatnya. Satu ‘uqiyah sama dengan empat puluh dirham. Lima
‘uqiyah sama dengan dua ratus dirham.” Dua ratus dirham sama dengan riyal (arab
Saudi) atau 555 piesters mesir.[4]
Ulama sepakat dalam menetapkan
nisab perak ini. Diriwiyatkan oleh bukhary dari abu sa’id dari Nabi Saw:
وَلاَفِى اَقَلَّ مِنْ خَمْسِ َاوَاقٍ مِنَ اْلَوَرَقِ
صَدَ قَةٌُ.
“Tak ada zakat terhadap perak
yang kurang dari 5 auqiyah”
2.5 Menggabungkan Emas Dan Perak
Kata
Abu Hanafiah dan malik: “apabila digabung perak dengan emas, sampailah dia
senisab, yakni jumlah keduanya sampai senisab, wajiblah zakat terhadapnya.
Kata asy syaafi’y, abu tsur, daud dan ahmad:
“tidak digabungkan emas kepada perak, begitu pula sebaliknya, maasing-masing
dihitung nishabnya sendiri-sendiri.
Menurut
dhahir hadits, masing-masing dari emas dan perak, dihitung-hitung
sendiri-sendiri, tidak digabungkan salah satu dari keduanya dengan yang lain.[5]
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Terhadap emas
dan perak diwajibkan zakat, mengingat firman Allah Swt. dan sabda Rasul Saw.
Yang tersebut di bawah ini: Firman Allah Swt: Artinya:
“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada
jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat)
siksa yang pedih”. (QS.At Taubah 34). Ketetapan ini
di perkuat dengan Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya
dan Baihaqi dalam As-sunan Al-Kubra pada bab zakat, dari Ali dari Nabi; beliau
bersabda:”jika kau memiliki 200 dirham dan telah mencapai satu tahun, maka
keluarkan lima dirham sebagai zakatnya. Dan kau tidak berkewajiban (zakat)
apa-apa dalam kepemilikan emas hingga kau memiliki 20 dinar. Jika sudah kau
miliki 20 dinar dan telah mencapai satu tahun, maka keluarkan setengah dinar
sebagai zakatnya.”. Emas tidak wajib dizakati, kecuali jika telah
mencapai 20 dinar. Jika emas telah mencapai 20 dinar dan haul, wajib dikeluarkan
zakatnya sebesar 2,5% atau setengah dinar. Lebih dari dua puluh dinar juga
wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%. Perak tidak wajib di zakati,
kecuali telah mencapai 200 dirham. Jika telah mencapai dua ratus dirham, wajib
dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%. Selebihnya juga dihitung dengan persentase
seperti itu, baik sedikit maupun banyak.
DAFTAR
PUSTAKA
Ash
Shiddieqy Hasbi Muhamad Teungku, Pedoman Zakat, (Semarang: Pt.Pustaka
Rizki Putra).
Abdul Aziz Muhammad
Azzam ,Abdul Wahhab Sayyed Hawwas , Fiqh Ibadah Thaharah, Shalat, Zakat,
Puasa, dan Haji, (Jakarta: Amzah).
Rasjid Sulaiman
Haji, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Islam), (Bandung: Sinar Baru Algensindo,1986).
Sabiq
Sayyid Muhamad , Fiqh Sunnah, (Depok: Fathan Media Prima, Jilid 1).
[1]
Teungku Muhamad Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat, (Semarang: Pt.Pustaka
Rizki Putra), hlm.73-74
[2]
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah Thaharah,
Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji, (Jakarta: Amzah), hlm. 358
[3]
H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Islam), (Bandung: Sinar Baru
Algensindo,1994),194-195
[4]
Muhamad Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Depok: Fathan Media Prima, Jilid 1),
hlm.395-396
[5]
Teungku Muhamad Hasbi Ash Shiddieqy, op.cit., hlm. 77
Tidak ada komentar:
Posting Komentar