Minggu, 10 April 2016

Zakat Emas Dan Perak

MAKALAH
Tentang
ZAKAT EMAS DAN PERAK







Oleh:

ELAWATI
Nim: 1313060280

Dosen Pembimbing
H. Ahmad Wira M.Ag, M.Si, Phd
Sobri ,SH.i, MA
Fauza Rahmad SH.i, MA





FAKULTAS SYARI’AH JURUSAN EKONOMI ISLAM KOSENTRASI AKUNTANSI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) IMAM BONJOL PADANG
TAHUN 2015/2016


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat, taufik, dan hidayahnya sehingga saya dapat menyusun makalah yang berjudul “Zakat Emas dan Perak” ini. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurahkan kepada junjungan baginda Nabi Muhamad SAW yang telah membawa kita kejalan yang lurus seperti yang kita rasakan sekarang ini.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi Tugas Partisipasi Mahasiswa dalam presentasi makalah, dan dimana diharapkan bisa mengambil pelajaran dan manfaat dari makalah  serta bisa mengembangkan kompetensi dalam pengetahuan dan pembelajaran tentang Zakat Emas dan Perak.


Padang, 24 September 2015


ELAWATI
Nim: 1313060280
\










BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Harta yang dikeluarkan untuk zakat itu di sebut zakat karena zakat itu mensucikan diri dari kotoran kikir dan dosa, dan menyuburkan harta atau membanyakan pahala yang akan diperoleh mereka yang mengeluarkannya. Syarat wajib orang mengeluarkan zakat atau orang yang wajib mengeluarkan zakat, demikian juga syarat wajib zakat harta, Maka sebab wajib mengeluarkannya, ialah: cukup nisab.
Harta yang wajib dizakati dari harta-harta lahir, ialah: binatang,tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan. Dari harta-harta yang tersembunyi, ialah: emas dan perak dan barang perniagaan adalah termasuk jenis Zakat Mal (Harta). Adapun harta yang tiada dikeluarkan zakatnya, tidak mendapat perlindungan Allah. Harta-harta itu, akan lenyap dengan segera dari permukaan bumi. Allah akan membinasakannya dengan bencana yang beraneka ragam macamnya.
Harta itu, tiada akan terpakai untuk pekerjaan yang memberikan keuntungan bagi pemiliknya di akhirat.
Pengertian inilah yang harus kita gunakan dari firman Allah Subhanahu Wata’ala:
õè{ ô`ÏB öNÏlÎ;ºuqøBr& Zps%y|¹ öNèdãÎdgsÜè? NÍkŽÏj.tè?ur $pkÍ5 Èe@|¹ur öNÎgøn=tæ ( ¨bÎ) y7s?4qn=|¹ Ö`s3y öNçl°; 3 ª!$#ur ììÏJy íOŠÎ=tæ ÇÊÉÌÈ  
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkandan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.(Q.S. At Taubah 103).

Dalam Makalah ini saya akan membahas Hal Zakat Harta (Mal) yaitu Zakat Emas Dan Perak karena dapat kita lihat bahwa harta berdasarkan ketetapan nash, Zakat tidak wajib dalam kepemilikan Emas dan Perak Kecuali jika emas dan perak tersebut yang telah dimiliki seseorang telah atau sudah mencapai 20 mitsqal dalam timbangan Mekkah dan dinamakan dengan nishab, dan telah mencapai satu tahun (haul) merupakan syarat wajib mengeluarkan zakat.

1.2  RUMUSAN MASALAH
1.      Dalil Wajib Zakat Terhadap Emas Dan Perak
2.      Syarat Bagi Pemilik Emas Dan Perak Yang Wajib Dizakati
3.      Nishab Emas Dan Kadar Zakatnya
4.      Nishab Perak Dan Kadar Zakatnya
5.      Menggabungkan Emas Dan Perak

1.3  TUJUAN
Dengan pembahasan zakat harta emas dan perak ini kita dapat mengetahui dan memahami bahwa wajib menerapakan pada diri bahwa pentingnya zakat emas dan perak terhadap harta yang kita miliki.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dalil Wajib Zakat Terhadap Emas Dan Perak

Terhadap emas dan perak diwajibkan zakat, mengingat firman Allah Swt. dan sabda Rasul Saw. Yang tersebut di bawah ini:

Firman Allah Swt:


šúïÏ%©!$#ur šcrãÉ\õ3tƒ |=yd©%!$# spžÒÏÿø9$#ur Ÿwur $pktXqà)ÏÿZムÎû È@Î6y «!$# Nèd÷ŽÅe³t7sù A>#xyèÎ/ 5OŠÏ9r& ÇÌÍÈ  
Artinya:
“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih”. (QS.At Taubah 34)

Ayat di atas ini menyatakan bahwa mengeluarkan zakat emas dan perak wajib hukumnya. Syara telah menegaskan bahwa emas dan perak yang wajib dizakati, ialah: emas dan perak yang sampai nisabnya dan telah cukup setahun dimiliki dengan penuh nishabnya, terkecuali jika emas dan perak yang baru didapati dari galian, maka tidak disyaratnya cukup tahun.[1]

            Ketetapan ini di perkuat dengan Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya dan Baihaqi dalam As-sunan Al-Kubra pada bab zakat, dari Ali dari Nabi; beliau bersabda:
jika kau memiliki 200 dirham dan telah mencapai satu tahun, maka keluarkan lima dirham sebagai zakatnya. Dan kau tidak berkewajiban (zakat) apa-apa dalam kepemilikan emas hingga kau memiliki 20 dinar. Jika sudah kau miliki 20 dinar dan telah mencapai satu tahun, maka keluarkan setengah dinar sebagai zakatnya.”[2]

2.2  Syarat Bagi Pemilik Emas Dan Perak Yang Wajib Dizakati

Syarat bagi pemilik emas dan perak yang wajib dizakati:
1.      Islam
2.      Merdeka
3.      Milik Sempurna
4.      Sampai Satu Nisab
5.      Sampai Satu Tahun Disimpan

Sabda Rasulullah Saw:
Dari Ali k.w. ia berkata bahwa rasulullah Saw. Telaah berkata,
“sesungguhnya saya telah memaafkan kamu dari sedekah kuda dan sahaya, maka bayarlah zakat perak, tiap-tiap empat puluh dirham satu dirham, 190 dirham belum wajib zakatnya, dan apabila sampai 200 dirham zakatnya lima dirham.”(Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Tarmizii)[3]




2.3  Nishab Emas Dan Kadar Zakatnya

Emas tidak wajib dizakati, kecuali jika telah mencapai 20 dinar. Jika emas telah mencapai 20 dinar dan haul, wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5% atau setengah dinar. Lebih dari dua puluh dinar juga wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%.
Ali r.a meriwayatkan bahwa nabi bersabda,

لَيْسَ عَلَيْكَ شَيْ ءٌُ حَتىَّ يَكُوُ نَ لَكَ عِشْرُ وْ نَ دِيْنَارًا فَأِ ذَاكَانَ لَكَ عِشْرُوْنَ دِيْناَرًا وَحَا لَ عَلَيهَا الحْئَوْ لُ فَفِيهَا نِصْفُ دِيْناَرٍ فَمَا زَادَ فَبِحِسَا بِ ذَلِكَ ‘وَليَْسَ فِئ مَالٍ زَكَاةٌُ حَتَّى يَحُوْلَ عَلَيْهِ الْحَوْلْ.

Artinya:
 “Kamu tidak wajib membayar zakat emas, kecuali ketika kamu memiliki dua puluh dinar. Jika kamu telah memiliki dua puluh dinar dan sudah mencapai satu tahun, kamu wajib mengeluarkan setengah dinar. Selebihnya juga dihitung seperti itu. Sesuatu harta tidak wajib dizakati, kecuali telah mencapai haul.

Zuraiq, pemimpin Bani Fazarah meriwayatkan bahwa ketika Umar Bin Abdil Aziz memeberikan mandat kepadanya untuk menarik zakat, umar berkta padanya, “aambilah zakat harta dari harta para saudagar muslim. Kamu ambil satu dinar  dari setiap empat puluh dinar. Jika kurang dari empat pluh dinar, kamu ambil dengan perhitungan seperti itu sampai dua puluh dinar (setiap dua puluh dinar zakatnya setengah dinar). Jika kurang sepertiga dinar dari dua puluh dinar, tinggalkanlah dan jangan kamu ambil zakatnya. Untuk orang yang telah kamu ambil zakat darinya, tulislah surat keterangan bahwa ia bebas dari zakat hartanya itu samapai satu tahun berikutnya.


Malik mengatakan di dalam al-Muwaththa’,
sunnah yang tidak dipertentangkan lagi bagi kami adalah zakat wajib untuk setiap dua puluh dinar, sebagaimana wajib untuk dua ratus dirham.” Dua puluh dinar sama dengan 28 dirham mesir.

2.4  Nishab Perak Dan Kadar Zakatnya

Perak tidak wajib di zakati, kecuali telah mencapai 200 dirham. Jika telah mencapai dua ratus dirham, wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%. Selebihnya juga dihitung dengan persentase seperti itu, baik sedikit maupun banyak.

Tirmidzi berkata, “aku bertanya kepada khari tentang hadits dan ia mengatakan hwa hadits ini shahih.” Kemudian tirmidzi berkata, “menurut para ulama, perak yang kurang dari lima ‘uqiyah tidak wajib dikeluarkan zakatnya. Satu ‘uqiyah sama dengan empat puluh dirham. Lima ‘uqiyah sama dengan dua ratus dirham.” Dua ratus dirham sama dengan riyal (arab Saudi) atau 555 piesters mesir.[4]

Ulama sepakat dalam menetapkan nisab perak ini. Diriwiyatkan oleh bukhary dari abu sa’id dari Nabi Saw:


وَلاَفِى اَقَلَّ مِنْ خَمْسِ َاوَاقٍ مِنَ اْلَوَرَقِ صَدَ قَةٌُ.
Tak ada zakat terhadap perak yang kurang dari 5 auqiyah”




2.5  Menggabungkan Emas Dan Perak

            Kata Abu Hanafiah dan malik: “apabila digabung perak dengan emas, sampailah dia senisab, yakni jumlah keduanya sampai senisab, wajiblah zakat terhadapnya.
            Kata  asy syaafi’y, abu tsur, daud dan ahmad: “tidak digabungkan emas kepada perak, begitu pula sebaliknya, maasing-masing dihitung nishabnya sendiri-sendiri.
            Menurut dhahir hadits, masing-masing dari emas dan perak, dihitung-hitung sendiri-sendiri, tidak digabungkan salah satu dari keduanya dengan yang lain.[5]



BAB III
PENUTUP


3.1  KESIMPULAN
Terhadap emas dan perak diwajibkan zakat, mengingat firman Allah Swt. dan sabda Rasul Saw. Yang tersebut di bawah ini: Firman Allah Swt: Artinya: “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih”. (QS.At Taubah 34). Ketetapan ini di perkuat dengan Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya dan Baihaqi dalam As-sunan Al-Kubra pada bab zakat, dari Ali dari Nabi; beliau bersabda:”jika kau memiliki 200 dirham dan telah mencapai satu tahun, maka keluarkan lima dirham sebagai zakatnya. Dan kau tidak berkewajiban (zakat) apa-apa dalam kepemilikan emas hingga kau memiliki 20 dinar. Jika sudah kau miliki 20 dinar dan telah mencapai satu tahun, maka keluarkan setengah dinar sebagai zakatnya.”. Emas tidak wajib dizakati, kecuali jika telah mencapai 20 dinar. Jika emas telah mencapai 20 dinar dan haul, wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5% atau setengah dinar. Lebih dari dua puluh dinar juga wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%. Perak tidak wajib di zakati, kecuali telah mencapai 200 dirham. Jika telah mencapai dua ratus dirham, wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%. Selebihnya juga dihitung dengan persentase seperti itu, baik sedikit maupun banyak.








DAFTAR PUSTAKA

Ash Shiddieqy Hasbi Muhamad Teungku, Pedoman Zakat, (Semarang: Pt.Pustaka Rizki Putra).

Abdul Aziz Muhammad Azzam ,Abdul Wahhab Sayyed Hawwas , Fiqh Ibadah Thaharah, Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji, (Jakarta: Amzah).

Rasjid  Sulaiman  Haji, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Islam), (Bandung: Sinar Baru Algensindo,1986).

Sabiq Sayyid Muhamad , Fiqh Sunnah, (Depok: Fathan Media Prima, Jilid 1).


[1] Teungku Muhamad Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat, (Semarang: Pt.Pustaka Rizki Putra), hlm.73-74
[2] Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah Thaharah, Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji, (Jakarta: Amzah), hlm. 358
[3] H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Islam), (Bandung: Sinar Baru Algensindo,1994),194-195
[4] Muhamad Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Depok: Fathan Media Prima, Jilid 1), hlm.395-396
[5] Teungku Muhamad Hasbi Ash Shiddieqy, op.cit., hlm. 77

Tidak ada komentar:

Posting Komentar